Thursday, September 5, 2013

Gua Tetes_ Lumajang_Jawa Timur

Lebaran tahun ini sangatlah istimewa. Bagaimana tidak…jauh-jauh hari bahkan beberapa bulan sebelum hari yang Fitri itu datang, aku sekeluarga sepakat untuk mudik ke Kota Lumajang, Jawa Timur. Kota dimana untuk pertama kalinya aku menghirup oksigen.
Kami sekeluarga melaksanakan Sholat Idul Fitri 1434 H di kampung halaman istriku, Tegal Kota Bahari. Sehari setelah Sholat Id, niat yang sudah bulat dan kuatpun dilaksanakan….long trip, mudik ke Lumajang dengan berjuta rencana yang sudah disiapkan.
Lumayan juga perjalanan kali ini, 15 jam perjalanan harus kami lalui untuk bisa memarkir sedan tua yang menemani kami sekeluarga di halaman rumah adik Ibuku (tante/bu lik). Pukul 03.00 dini hari waktu yang cocok untuk melepas lelah dan penat seharian sehabis memacu kendaraan di Jalur Pantur, tapi Adzan Subuh sudah hampir berkumandang, tanggung kalo lagi nyenyak tidur, harus bangun untuk bermunajat kepada Sang Kholik.
Sudah beberapa hari kami sekeluarga berada di Kota Lumajang yang bangga dengan produk unggulannya berupa Buah Pisang Agung. Disana-sini mata memandang, tak asing dengan patung-patung pisang yang menjadi ciri Kota Lumajang.
Hari ini adalah hari keempat kami berada di kampung halamanku. Setelah bersilaturahmi ke beberapa sodara termasuk ikut reuni keluarga, saatnya mengeksplore Kota Lumajang. Ya….tujuan utama adalah objek Wisata Goa Tetes, yang terakhir kali aku kunjungi sewaktu aku masih duduk di bangku SMA dan sekarang….sulungku yang duduk di bangku SMA.
Goa Tetes terletak di desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, sekitar 55 km ke selatan Kota Lumajang, Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam dengan sesekali nanya ke penduduk sekitar lokasi objek tersebut, maklum sudah lama sekali tidak ke Goa Tetes, akhirnya kami sampai juga. Kami masih harus menempuh perjalanan sekitar 2-3 km untuk menuju lokasi dengan menelusuri jalan setapak dilanjutkan dengan jalan menurun tajam dan terjal. Ada sedikit perasaan was-was akan keselamatan istri dan kedua buah hatiku, maklum mereka tidak pernah dan tidak biasa dengan medan yang dilalui sekarang. Berkali-kali aku mengingatkan….hati-hati…konsentrasi…jangan lupa banyak dzikir. Sesekali kami berhenti untuk istirahat karena nafas yang tersengal-sengal.
Akhirnya sampai juga di air terjun pertama, langsung kamera dikeluarkan dan jepret…jepret… kamipun mengabadikan moment-moment spesial ini. Begitu aku mau melanjutkan untuk naik ke tempat yang lebih tinggi, istriku angkat tangan…”Ayah…Ibu tunggu disini aja” Kamipun bertiga melanjutkan perjalanan. Sayangnya…putri bungsuku kedinginan, itu keliatan dari  wajahnya yang agak pucat dan badannya menggigil. Setelah beberapa jepretan kamera, aku putuskan untuk kembali.

No comments:

Post a Comment